Puskesmas Berangas – MARABAHAN: Puskesmas Berangas Kecamatan Alalak; Baru-baru ini dilaksanakan Majelis Masyarakat Desa (MMD) sebagai tindak lanjut dari Kajian Kesadaran Diri (SMD) di Balai Desa Belandean.
Upacara tersebut diresmikan oleh Kepala Puskesmas Berangas, Dr. Anggas Hasbi kepala desa Belandean; Elly Rahmah Ketua BPD RT dan Kader Kesehatan.
Puskesmas Berangas
Kepala Puskesmas Berangas Dr. Anggas Hasbi mengungkapkan, kampanye MMD ini untuk membahas permasalahan kesehatan masyarakat yang teridentifikasi dalam survei.
Inovasi Di Tengah Covid-19, Mahasiswa Umm Bikin Tempat Cuci Sistem Pedal
Selain itu, kata Dr Anggas Hasbi, kegiatan ini merupakan upaya menentukan langkah penyelesaian permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat melalui keterlibatan langsung masyarakat dan mendorong kelangsungan hidup masyarakat melalui pola hidup sehat.
Dr Anggas Hasbi menjelaskan tujuan kegiatan ini adalah untuk menentukan langkah-langkah penyelesaian permasalahan kesehatan dengan melibatkan masyarakat secara aktif.
“Puskesmas berperan sebagai fasilitator dalam upaya mendorong kelangsungan hidup masyarakat melalui perilaku sehat dengan harapan tercapainya masyarakat sehat dan mandiri,” jelas Dr. Angga Hasbi.
Sementara itu, Elly Rahmah, Kepala Desa Belandean, mengucapkan terima kasih atas inisiatif dan kerja sama Puskesmas Berangas.
Lembar Konsultasi Ukom
“Kami sangat mengapresiasi upaya Puskesmas Berangas dalam memfasilitasi dialog ini. Kerja sama ini sangat penting untuk mewujudkan masyarakat sehat dan bebas,” kata Elly Rahmah.
Dijelaskannya, masyarakat Kampung Belandean saat ini sangat membutuhkan perawat atau tenaga medis yang tinggal di desanya.
Keluhan masyarakat ketika sakit terlalu jauh untuk mendapatkan perawatan di Puskesmas atau Rumah Sakit di Kota Banjarmasin, sehingga sangat dibutuhkan pusat mobilisasi ambulans, ujarnya. (lim/ali/jp)KOTABARU, MK – Situasi pandemi Covid-19 menginspirasi empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur yang melakukan kegiatan bakti sosial mahasiswa di desa Kulipak. Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru
Inspirasi model inovatif ini tidak lain adalah penciptaan tempat cuci tangan yang dioperasikan dengan kaki. Alat ciptaan mahasiswa UMM ini sangat diapresiasi oleh warga desa termasuk Ahmad Awaludin Taslim yang merupakan penanggung jawab desa.
1.1.1.ask Visi, Misi, Tujuan, Dan Tata Nilai Upt Puskesmas Berangas 1.1.1 Stempel
“Tempat cuci tangan ini akan kami tempatkan di Kantor Desa Kulipak dan Puskesmas Berangas di Pulau Timur Laut. Bantuan ini untuk mendukung penerapan rutinitas baru di Desa Kulipak,” kata Awaludin pada Kamis (27/8/2020). .
Ia menambahkan, karena tangan adalah media penularan, keberadaan tempat cuci tangan dengan sistem alas akan membantu mengurangi kontak tangan.
Tangan merupakan bagian tubuh yang paling banyak digunakan untuk menyentuh berbagai permukaan, salah satunya saat menyalakan keran. Pada saat yang sama, belum ada yang bisa memastikan apakah pipa tersebut bebas dari virus dan bakteri.
Di masa pandemi ini, setiap orang perlu waspada dan menghindari hal-hal yang berpotensi menyebarkan virus Covid-19, salah satunya adalah media.
Dinkes Kotabaru Minta Puskesmas Lakukan Re-akreditasi
Menurut para ahli, tangan adalah salah satu penyebab infeksi terbesar, yaitu sebesar 98 persen. Risiko penularan diyakini bisa dikurangi dengan inovasi seperti ini.
“Wastafel ini kami buat dari baja ringan dan dirancang sendiri untuk menampung 25 liter air,” imbuhnya.
Menurut anggota PMM Siti Mahmudah, proses pembuatan tempat cuci tangan sistem pedal ini memakan waktu 5 hari. Untuk sabun, Gunakan pedal Anda juga.
Puskesmas Berangas; Ketua Pulau Laut Timur Syarkawi mengapresiasi upaya mahasiswa UMM dalam mencegah penyebaran Covid-19 dengan menggelar tempat cuci tangan sistem pedal untuk Puskesmas.
Spk Dgn Puskesmas Berangas
“Setiap hari Puskesmas selalu ramai pengunjung. Maka hal ini perlu kita waspadai dengan selalu menerapkan aturan kesehatan. Selain itu, ada kasus di Pulau Laut Timur. Alhamdulillah Ini untuk cuci tangan. Tempat itu bisa mengurangi risiko penularan,” kata Syarkawi.
Sementara itu, Pengurus Kampung Kulipak Jali Rahman sangat mengapresiasi inisiatif ini. Kami sangat berterima kasih atas keterlibatan mahasiswa UMM selama 4 minggu ini dalam membantu perangkat desa dalam mewujudkan desa tangguh Covid-19 melalui program-program bermanfaat.
“Alhamdulillah kita sudah menjadi bagian cuci kaki, dan di saat seperti ini alat ini sangat diperlukan,” kata Jali.
PMM sendiri merupakan program kuliah seperti KKN. Bedanya, PMM dilakukan di wilayah tempat tinggal mahasiswa. Akibat wabah tersebut, perkuliahan dilaksanakan secara daring dan mahasiswa diperbolehkan pulang.
Sinar Pagi Baru
PMM diciptakan agar mahasiswa dapat melanjutkan KKN tanpa harus kembali ke Malang. Program kerja PMM tahun ini lebih fokus pada upaya penanggulangan Covid-19 dengan melakukan tindakan preventif untuk menghentikan penyebaran Covid-19 di Indonesia.